Begitu
banyak masalah yang menimpa bangsa kita ini, mulai dari pengangguran,
kemiskinan, terorisme, dan lain sebagainya. Seluruh elemen masyarakat
seakan-akan sibuk dengan segala hal permasalah yang menimpa bangsa ini,
sampai mereka melupakan suatu masalah yang sebenarnya sangat besar dan
menakutkan yaitu demoralisasi yang telah melanda masyarakat kita.
Demoralisasi inilah yang sebenarnya sebagai biang kerok terjadinya
seluruh masalah yang menimpa bangsa ini, tetapi kita menganggap masalah
demoralisasi adalah masalah yang kecil dan sepele. Kalau saja kita lihat
dari segi kata, arti dari demoralisasi adalah kemerosotan akhlak;
kerusakan moral. Maka kita akan menemukan segala akar permasalahan yang
sekarang telah menimpa bangsa kita. Semua permasalahan yang terjadi
berawal dari moralitas kita yang sekarang telah merosot, masalah yang
menimpa bangsa kita ini tidak akan berhenti sampai disini saja, tetapi
di masa yang akan datang malahan akan lebih menakutkan karena
demoralisasi tidak hanya menimpa para pejaban dan golongan tua, tetapi
kalangan generasi muda juga cukup luar biasa. Demoralisasi generasi muda
yang melanda masyarakat ini cenderung disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu anatara lain :
1. Dampak negatif dari peruhanan sosial
Setiap masyarakat pada dasarnya menginginkan perubahan kearah yang lebih baik ( progress).
Tetapi dalam kenyataannya, tidak semua perubahan akan berdampak positif
atau menguntungkan , ada juga yang berdampak merugikan masyarakat atau perubahan yang mengarah kemunduran (regress).
Di era globalisasi dan modernisasi seperti sekarang ini tampak jelas
bahwa didalam masyarakat kita telah terjadi perubahan sosial yang sangat
pesat, kalau kita amati, setiap peristiwa atau kejadian disuatu negara
dapat kita ketahui dengan cepat bahkan secara langsung lewat TV, radio,
internet, sehingga kontak dan komunikasi yang cepat dan efektif diera
globalisasi dapat menyebabkan mudahnya unsur-unsur budaya maupun
nilai-nilai sosial bangsa asing masuk dan berpengarung pada negara kita,
semua itu belum tentu sesuai dengan nilai dan budaya bangsa kita.
Dengan adanya globalisasi dan modernisaasi memang membawa banyak manfaat
untuk perkembangan dan kehidupan masyarakat, juga di dunia pendidikan
akan memudahkan untuk mengembangkan pengetahuan dan teknologi serta
informasi, tetapi disisi lain dengan adanya nilai dan unsur budaya asing
yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa sangat mengkhawatirkan
eksistensi jati diri bangsa dan menyebabkan goncangan budaya ( culture shock), terutama moralitas generasi muda yang belum siap dengan perubahan tersebut. Alvin toffler
mengatakan bahwa arus perubahan kini mengemuruh teramat kuat sehingga
menumbangkan lembaga, nilai/norma, dan menggoyahkan akar kita. Hasil
dari perubahan yang bersumber dari nilai dan budaya asing adakalanya
berbeda jauh dari nilai semula yang ada dimasyarakat kita. Apa yang
sekarang dianggap wajar dan lazim dilakukan mungkin saja nilai aslinya
dianggap sebagai suatu yang menyimpang.
2. Faktor keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama dalam penanaman nilai dan norma kepada anak,
sehingga di dalam keluarga diharapkan mampu melakukan peranya untuk
menjadi media sosialisasi yang sempurna, apabila keluarga tidak mampu
menjalankan perannya dengan baik maka yang terjadi anak akan menyimpang
perilakukanya dan akan merosot moralitasnya. Banyak demoralisasi
dikalangan generasi muda yang disebabkan oleh peran keluarga yang kurang
baik, yaitu antara lain:
a. Orang
tua kurang memperhatikan anak-anaknya, terlalu sibuk dengan kepentingan
sendiri, sehingga anak merasa diabaikan. Hubungan anak dan orang tua
menjadi jauh, sedangkan anak sangat memerlukan kasih sayang dan
kehangatan dari oarang tuanya, sehingga anak banyak yang mencari kasih
sayang dengan caranya sendiri yang kebanyakan negatif.
b. Orang
tua terlalu memaksakan kehendak dan gagasannya kepada anak dengan
ancaman sanksi sehingga anak merasa cukup berat. Anak menjadi tertekan
jiwanya sehingga mereka sering kali melampiaskan dengan cara-cara yang
negatif.
3. Salah pergaulan
Diwaktu
keluarga tidak lagi mampu memberikan rasa nyaman, kasih sayang, dan
perhatian bagi remaja, maka mereka pun mencari diluar rumah. Bergaul
dengan orang-orang yang mereka anggap bisa memberikan apa yang mereka
tidak dapatkan dikeluarga. Hal demikian akan menimbulkan dua
kemungkinan, karena mereka akan mudah terpengaruh dengan pergaulannya,
kalau saja pergaulannnya itu melakukan kegiatan positif maka hasilnya
akan baik, tetapi akan jadi masalah, apabila pergaulan remaja tersebut
di hal-hal yang negatif dan hanya mengejar kesenangana belaka (hedonis).
Maka mereka akan menjadi generasi yang menyimpang. Dapat disimpulkan
bahwa, Seorang remaja bisa baik maupun buruk moralitasnya salah satunya
dipengaruhi lingkungan dalam pergaulannya.
Melihat
banyaknya faktor yang menyebabkan demoralisasi digenerasi muda, maka
sangatlah wajar kalau dalam realita sekarang ini banyak terjadi
bentuk-bentuk perilaku generasi muda yang mengarah pada demoralisasi.
Perilaku-perilaku yang tersebut antara lain:
a. Krisis etika dikalangan generasi muda
Sikap
tidak hormat kepada orang-orang yang lebih tua yang mengarah pada
perbuatan kurang ajar, serta perilaku tidak sopan yang selalu
dipertontonkan oleh generasi muda merupa wujud dari merosotnya moral
generasi muda sekarang ini. Hal inilah yang akan menjadi cikal bakal
perbuatan-perbuatan menyimpang lainya. Karena krisis etika dikalangan
generasi muda akan mengahancurka jati diri bangsa kita yang selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai sopan santun. Ketika atmosfir kebebasan
mulai merembus ke negara ini, kita melihat dan merasakan merosotnya
etika, moral dan nilai-nilai religi yang dahulu sangat kita junjung
tinggi. Arus globalisasi informasi melalui TV, Internet ternyata juga
membawa pengaruh buruk bagi generasi muda. Media –media ini banyak
sekali menontonkan kegiatan-kegiatan yang bisa merusak moralitas dan
etika generasi muda, misalnya TV dan internet banyak bisa menemukan
tontonan yang berbau pornografi dan pornoaksi, sehingga bisa
mengancurkan generasi muda kita.
b. Minum minuman keras dan penyalah gunaan narkotika
Minum
minuman keras dan narkotika yang memabukkan akan membuat akal manusia
menjadi tercemar dan hilang kesadarannya. Apabila seseorang sudah
kecanduan minuman keras dan narkoba maka akal akan rusak. Sedangkan
kedudukan akal adalah untuk membedakan anatara manusia dengan binatang.
Orang yang mabuk cenderung tidak mampu mengendalikan diri
sendiri. Orang tersebut akan melakukan perbuatan yang melanggar nilai
dan norma, bahkan bisa berujung pada kematian.Tetapi banyak generasi
muda yang tidak memperdulikan akibat dari minum minuma keras dan
narkoba, kebanyakan mereka berawal dari iseng-iseng belaka dalam
pergaulan tetapi lama kelamaan kan menjadi kebiasaan dalam hidup mereka
dan akan menjadi kecanduan dan akhirnya....???? kalau akal kita rusak
maka apa bedanya kita dengan binatang???.....
c. Hubungan seks diluar nikah
Hubungan
seks diluar nikah tidak dapat dibenarkan oleh norma sosial maupun norma
agama. Perbuatan itu menunjukkan telah terjadi kemperosotan moral dan
iman bagi para pelakuknya. Karena hubungan seks hanya dibenarkan apabila
seseorang sudah resmi menikah. Tetapi dalam masyarakat kita terdapat
fakta yang memprihatinkan, banyak lembaga-lembaga survei yang telah
mendapatkan hasil surveinya tentang tentang seks diluar nikah luar biasa
banyaknya. Salah satunya adalah seperti yang dikutip oleh detik new
(didit Tri kertapati) bahwa menurut kepala BKKBN Menjelaskan bahwa Seks
sebelum menikah telah dilakukan sejumlah remaja. Data Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2010 menunjukkan, 51 persen
remaja di Jabodetabek telah melakukan seks pra nikah. "Artinya
dari 100 remaja, 51 sudah tidak perawan," ujar Kepala BKKBN Sugiri
Syarif usai memberikan sambutan acara Grand Final Kontes Rap dalam
memperingati Hari AIDS sedunia di lapangan parkir IRTI monas, Minggu
(28/11/2010).
Beberapa
wilayah lain di Indonesia, seks pra nikah juga dilakukan beberapa
remaja. Misalnya saja di Surabaya tercatat 54 persen, di Bandung 47
persen, dan 52 persen di Medan.
Bagaimana dengan kehamilan yang tidak diinginkan? "Hasil penelitian di Yogya dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen mengalamai kehamilan sebelum menikah," kata Sugiri.Selain itu data tentang penyalahgunaan narkoba menunjukkan, dari 3,2 juta jiwa yang ketagihan narkoba, 78 persennya adalah remaja. Sedangkan penderita HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya.Estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapi 2,4 juta jiwa. 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja.
Bagaimana dengan kehamilan yang tidak diinginkan? "Hasil penelitian di Yogya dari 1.160 mahasiswa, sekitar 37 persen mengalamai kehamilan sebelum menikah," kata Sugiri.Selain itu data tentang penyalahgunaan narkoba menunjukkan, dari 3,2 juta jiwa yang ketagihan narkoba, 78 persennya adalah remaja. Sedangkan penderita HIV/AIDS terus meningkat setiap tahunnya.Estimasi jumlah aborsi di Indonesia per tahun mencapi 2,4 juta jiwa. 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja.
Berdasarkan data Kemenkes pada akhir Juni 2010 terdapat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV positif dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1 persen dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9 persen. Data tersebut sangatlah memprihatinkan, karena negara kita yang mayoritas memeluk agama Islam. Hal tersebut telah menunjukkan terjadi kemerosotan moral dan iman dikalangan remaja, di dalam islam sudah dijelaskan sangat gamblang tentang larangan Zina, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena dampak buruk yg diakibatkannya.
Ayat
yg melarang zina antara lain adalah, Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah Suatu perbuatan yang keji dan jalan yang
sangat buruk.(Al-Isra’:32). maka selayaknya kita merasa prihatin dan
mencari penangan atas masalah tersebut secara lebih serius dan
komprehensif. Kehamilan remaja di luar nikah tidak hanya membawa dampak
negatif bagi si calon ibu, tetapi juga bagi anak yg di kandungnya.
Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan
mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja
maupun keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-teman merupakan
penderitaan batin tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan
keluarganya. Meskipun ada sebagian orang yg tidak malu dengan
kehamilannya di luar nikah.
d. Kekerasan dikalangan generasi muda
Kekerasan
sering dilakukan oleh para remaja sebagai bentuk penyelesaian masalah,
hal ini disebabkan karena adanya peralihan dari kanak-kanak ke dewasa.
Pada usia remaja biasanya unsur emosionalnya lebih menonjol daripada
rasionya. Sehingga mereka sering sekali terlibat tindak kekerasan dalam
bentuk perkelahian, sering kali tujuan berkelahi bukan untuk mencapai
nilai yang positif, melainkan hanya untuk membalas dendam atau pamer
kekuatan.
Dari berbagai kasus demoralisasi di kalangan generasi muda sangat mengundang keprihatinan dan harus segera mencari solusi yang baik.
Disini penulis mencoba memberi beberapa solusi yang kiranya bisa
sedikit menanggulangi sebagai bentuk pengendalian sosial yang bersifat
pencegahan (preventif) maupun setelah terjadinya demoralisasi untuk membangun kembali kemoral yang agak lebih baik (represif). Beberapa solusi tersebut antara lain adalah :
1. Mempertebal keimanan dan ketaqwaan dikalangan generasi muda
Benteng
yang sangat kokoh dalam menjawab tantangan globalisasi agar kita tidak
terjerumus dalam demoralisasi adalah memperkokoh/mempertebal keimanan
dan ketaqwaan terhadap Allah, apabila kita selalu memegang teguh semua
ajaran agama kita (Islam) maka kita dengan sendirinya akan bisa memilah
dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh
dilakukan atau mana yang tidak boleh dilakukan. Singkat kata dengan
selalu mendekatkan diri kepada Allah maka kita akan selamat dunia dan
akhirat, Amin.
2. Memanfaatkan media sosialisasi keluarga, sekolah.
Menurut
ilmu sosiologi, terjadinya perilaku menyimpang itu disebabkan oleh
adanya sosialisasi yang tidak sempurna dan peran media sosialiasi yang
tidak baik. Untuk menyelamatkan generasi muda dari demoralisasi maka
semua media sosialisasi harus saling mendukung antara satu dengan yang
lain agar seorang anak /remaja tertanam nilai dan norma yang sesuai
dengan harapan masyarakat.
a. Keluarga
Dalam
keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah
orang tua dan saudara-saudara. sehingga bisa dikatakan keluarga
merupakan media yang pertama dalam penanaman nilai dan norma di dalam
diri seorang anak dan akan membentuk kepribadian dan moralitasnya,
apabila di dalam keluarga tidak mampu berperan dengan baik dalam
menanamkan nilai dan norma, maka si anak akan menjadi kurang baik dalam
kepribadian maupun moralnya. Didalam menyikapi masalah demoralisasi
generasi muda maka peran keluarga adalah sebagai pilar pertama untuk
melakukan perlawanan menuju keperubahan yang baik. Orang tua harus
memberi perhatian yang ekstra kepada anak-anaknya agar tidak terjerumus
dalam demoralisasi, tetapi tidak dengan jalan mengekang dan memaksa
kehendak orang tua kepada anak, orang tua harus memberi perhatian dengan
penuh kasih sayang (afeksi) dengan jalan selalu membangun
komunikasi antara orang tua dan anak, sehingga anak tidak merasa
terabaikan dan lebih dihargai.orang tua juga harus mampu memberi contoh
yang baik bagi anak-anaknya baik dalam perilaku, ucapan dan perbuatan.
Harapannya agar anak bisa menghormati orang yang lebih tua yang mungkin
sekarang sudah mulai budar misalnya berbicara sopan dengan orang tua,
berjabat tangan pada guru sebagai rasa hormat dan lain
sebagainya.jadikan keluarga itu yang harmonis maka anak akan terhindar
dari demoralisasi, ada istilah “rumahku adalah istanaku (surgaku)”
b. Sekolah
Selain
keluarga maka sekolah adalah media yang kedua dalam mengatasi masalah
demoralisasi yang telah melanda generasi muda. Sekolahan harus mampu
mendidik kecerdasan, juga membina moral dan akhlak siswanya. Tetapi sekarang banyak sekolah yang terjebak hanya memprioritaskan agar anak didiknya mampu mendapatkan nilai yang bagus dalam mengerjakan tugas-tugas teoritis tanpa memperhatikan aplikasinya/prakteknya. Jika merujuk pada teori Benjamin S. Bloom (1956) yang dikenal dengan nama taxonomy of educational objectives,
keberhasilan pendidikan secara kuantitatif mencakup tiga domain, yaitu
kognitif, afektif, dan psikomotor. Meskipun demikian, keberhasilan
output (lulusan) pendidikan hanyalah merupakan keberhasilan kognitif.
Artinya, anak yang tidak pernah sholat pun, jika ia dapat mengerjakan
tes PAl (Pendidikan Agama Islam) dengan baik, ia bisa lulus (berhasil),
dan jika nilainya baik, ia pun dapat diterima pada tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Sehingga pendidikan moral kadang kala diabaikan
dengan alasan ini dan itu, seharusnya sekolah merupakan mitra keluarga
dalam pendidikan moral anak. Tetapi kadang kala banyak keluarga yang
memikulkan tanggung jawab 100% kepada sekolah dalam pendidikan moral
ini. Solusi yang terbaik adalah sekolah dan keluarga harus bergantengan
tangan bersama-sama memberi pendidikan moral agar tidak terjadi
kemerosotan moral.
3. Aktif di dalam kegiatan-kegiatan positif
Untuk
menghindari demoralisasi, yang perlu dilakukan oleh generasi muda
adalah dengan aktif di berbagai kegiatan-kegiatan yang positif, karena
dengan demikian maka generasi muda akan mempunyai aktifitas yang akan
menjauhkan dari kejenuhan, kesepian, dan terhindar dari godaan setan
untuk mengisi hidup dengan kemaksiatan. Generasi muda akan selalu
terlatih untuk selalu berfikir positif.
Setiap
kasus dan permasalahan yang terjadi selayaknya kita jadikan
pembelajaran berharga dalam mengarungi kehidupan ini. Jangan sampai
kasus yang serupa yang ada dan menimpa orang lain akan terjadi di lain
waktu kepada kita. Saatnya-lah bagi kita generasi muda ini untuk
instropeksi diri. Mari BANGKIT, mari INSTROPEKSI…! Ingat kata kata bung
karno ““Berikan aku satu pemuda maka akan aku guncang Indonesia, berikan aku sepuluh orang pemuda maka akan aku guncang dunia.”. Jadilah generasi muda yang mampu berprestasi dan dibanggakan keluarga, agama dan bangsa
amin
0 komentar:
Posting Komentar